Tuesday 13 June 2017

Promosi Kesehatan "Kartu AS" Pembangunan Kesehatan Indonesia


Kesehatan merupakan hak dasar yang dimiliki setiap manusia, oleh karena itu pembangunan kesehatan sejatinya menjadi perhatian penting dalam pembangunan di Indonesia. Pembangunan Kesehatan terus ditingkatkan oleh pemerintah demi tercapainya kesejahteraan rakyat. Berbagai upaya kesehatan telah dilakukan untuk mendorong pembangunan kesehatan yang merata dan berkualitas di seluruh pelosok negeri ini. Namun upaya kesehatan yang dilakukan tidak menyelesaikan permasalah kesehatan masyarakat yang terus berkembang karena  banyak dari program dan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan yang masih berorientasi pada kuratif.
Promotif – Preventif sebagai pilar utama upaya kesehatan sedang digaung-gaungkan oleh pemerintah dalam program Indonesia Sehat. Untuk menerapkan pembangunan kesehatan berpilar promotif dan preventif dalam upaya kesehatan berfokus pada masyarakat dimana masyarakat didorong untuk berperilaku sehat sehingga terhindar dari masalah kesehatan. Dalam upaya untuk mendorong berubahan perilaku disinilah peran Promosi Kesehatan dapat dikatakan menjadi “kartu AS”. Promosi kesehatan merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan masyarakat mau, sadar, dan mampu untuk menjaga, meningkatkan, dan memelihara kesehatannya secara mandiri. Promosi kesehatan bukan hanya upaya untuk memberikan atau meningkatkan masyarakat tetapi lebih dari itu promosi kesehatan juga berupaya untuk menciptakan dan memfasilitasi lingkungan yang kondusif untuk mendukung perubahan perilaku masyarakat.
Strategi promosi kesehatan menurut WHO terdiri dari 3 hal yaitu Advokasi dengan pendekatan kepada para pembuat kebijakan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkat untuk mempengaruhi, mendorong, para pejabat agar mendukung program kesehatan yang diingkan. Strategi ini berupaya untuk menciptakan lingkungan kondusif secara politik. Strategi selanjutnya dukungan sosial sebagai bentuk mencari dukung sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupn informal, tujuannya agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara pelaksana program kesehatan dengan masyarakat sehingga masyarakat mau menerima dan berpartisipasi dalam program-program kesehatan. Strategi yang selanjutnya pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memeliharan dan meningkatkan kesehatan mereka secara mandiri, kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat beragam seperti pengorganisasian masyarakat, pengenmbangan masyarakat, pemberdayaan masyarakat ini tidak terbatas pada bidang kesehatan saja. Namun dapat berupa pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang bertujuan dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdamapak pada kemampuan pemeliharaan kesehatan mereka sendiri.
Dengan Demikian, penerapan strategi promosi kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan Indonesia berperan penting untuk usaha penguatan pilar promotif-preventif dalam upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah karena bersifat menyeluruh dalam segala bidang baik politik, sosial, ekonomi maupun masyarakat itu sendiri.

Friday 9 June 2017

Pengalam PBL (Pengalaman Belajar Lapangan)

P.B.L…. Apasih PBL itu? PBL itu kepanjangan dari Pengalaman Belajar Lapangan. PBL biasanya cuma dirasakan oleh mahasiswa rumpun kesehatan lho. Untuk menghindari salah tafsir, saya akan menjelaskan sedikit mengenai PBL di jurusan kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada angkatan saya. Jadi, PBL merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus diambil mahasiswa kesehatan masyarakat pada semester 5 dan semester 6. Nah, PBL ini ada 2 kali. PBL I berbobot 2 sks di semester 5, dilaksanakan pada minggu akhir perkulihan semester 5, sedangkan PBL II berbobot 3 sks dimana pelaksanaannya ini di pertengahan liburan menuju perkulihan semester 6, kebayangkan liburan yang seharusnya 1,5 bulan jadi dipotong untuk PBL 1 bulan. Untuk angkatan saya, penempatan puskesmas hanya di wilayah Tangerang Selatan saja lhoo…asik kan deket? Hehe

Setelah penantian yang cukup lama akhirnya muncul juga pengumuman pembagian kelompok dan puskesmas.  Saya masuk di kelompok 16 (kelompok terakhir) yang beranggotakan lima orang dan mendapatkan Puskesmas Pondok Ranji. Oh iya, dalam satu puskesmas terdapat dua kelompok, kelompok 15  dan menjadi satu kelompok besar Puskesmas Pondok Ranji jadi total kami ada 11 orang dan tanpa ada lelaki dalam kelompok itu. PBL I ini adalah tahap pengumpulan data mengenai masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pondok Ranji, kami akan mengumpulkan data sebanyak 210 responden dalam waktu 10 hari sekaligus menyicil laporan. Kendala yang paling besar dari PBL I ini adalah transportasi, kenapa? Karena dari 11 orang hanya 2 orang saja yang membawa motor. Hal itu membuat kami kerepotan dalam berpindah-pindah tempat untuk menyebarkan kuesioner, Lelah sangat Lelah ketika harus berjalan kaki cukup jauh dan sedih karena dompet terkuras karena kondisi tertentu membuat kami jadi sering menggunakan jasa ojek online / taksi online. Setiap orang bertugas masing-masing mengumpulkan 7 responden setiap harinya. Hambatan lain ketika mengumpulkan data adalah tak jarang kami ditolak oleh beberapa rumah, namun banyak juga kami menemukan orang-orang baik dan ramah yang bersedia untuk kami wawancarai bahkan sampai kami disedikan makan dan minum, sangat hangat sambutan mereka. Pembelajaran yang bisa diambil adalah bagaimana cara kita dalam berkomunikasi dengan masyarakat yang beragam latar belakang, sabar dan tidak pantang menyerah.
Silahturahmi dengan Pak Lurah Kelurahan Pondok Ranji

Sendy sedang mewawancarai salah satu responden



Lanjut ke PBL II. Yup, PBL II adalah saatnya intervensi masalah kesehatan yang sudah ditemukan saat PBL I kemarin. Masalah yang kami temukan adalah DBD sehingga intervensi yang kami lakukan yaitu penyuluhan PSN DBD, pelatihan Jumantik Cilik, dan pemberian form 1 rumah 1 jumantik. Hambatan di PBL II ini adalah hujan, hamper setiap hari selalu diguyur hujan. Bahkan saat hari-hari H intervensi ada yang hujan, banyak peserta penyuluhan yang tidak hadir dan akibatnya banyak makanan sisa namun tidak terbuang sia-sia karena kami akan memakannya kembali, bisa dibilang itu musibah sekaligus rezeki hehehe. Pada PBL II ini saya berkesempatan beberapa kali menjadi pembicara di penyuluhan dan pelatihan jumantik. Menjadi pembicara di hadapan masyarakat dan anak-anak SD menjadi pengalaman dan pembelajaran berharga tersendiri untuk saya. 
Saya memberikan penyuluhan mengenai PSN DBD di Majelis Ta'lim Baiturrahim


Saya memberikan penyuluhan di MI Nurun Najah dalam Pelatihan Jumantik Cilik

Pelatihan Jumantik Cilik di MI Nurun Najah

Pelatihan Jumantik di SDN 02 Pondok Ranji

Praktik Mencari Jentik di SDN 02 Pondok Ranji

Perpisahan dengan Lurah Pondok Ranji, Puskesmas Pondok Ranji, dan Para Kader